Cari Artikel

Sabtu, 15 Januari 2011

Sejarah Bahasa Banjar Di Tembilahan

Keberadaan suku Banjar di
tengah belantara Pulau
Sumatera itu menurut tokoh
yang pernah menjadi Plt
Bupati Indragiri Hilir ini
memang sulit diketahui
secara pasti karena tak ada
catatan atau sejarah yang
menerangkan permasalahan
tersebut.
Tetapi berdasarkan
penuturan orang tua dulu
bahwa ketika Gunung
Krakatau di Selat Sunda
meletus sekitar abad ke-18
komunitas suku Banjar
tersebut sudah berada du
kawasan itu.
Badrun menerangkan pula,
bahwa pada awalnya
keberadaan suku Banjar di
kawasan ini bukan tujuan
Tembilahan Riau, melainkan
ke Batu Pahat Malaysia.
Eksodos suku Banjar
Pahuluan ke Batu Pahat
tersebut pada awalnya
didasari persoalan politis
dimana ketika itu kawasan
Banua Lima Kalsel sedang
dilanda kekacauan lantaran
kedatangan penjajah
Belanda di kawasan itu.
Ditambah begitu
banyaknya aksi kekauan
akibat gerombolan sehingga
warga merasa tidak tetang
dan didasari perasaaan
tidak mau dijajah itulah para
suku Banjar ini berimigrasi
ke Batu Pahat Malaysia.
Suku Banjar yang
kebanyakan eksodos ke
Sumatera tersebut berasal
dari desa Kelua, Sungai
Turak, Karias, Sungai Durian,
Pimping, dan daerah lain di
Hulu Sungai Utara, kemudian
juga dari Paringin,
Lampihong, Juai, Baruh
Bahinu, Awayan di
Balangan, beberapa desa di
Barabai, Rantau, dan
Kandangan.
Setelah eksodos ke
Batupahat terus bertambah
akhirnya masyarakat suku
Banjar ini mulai menyebar
ke kawasan lain yang
dianggap bisa memberikan
penghidupan baru.
Akhirnya pilihan suku
banjar di perantuan ini jatuh
ke wilayah Sapat Indragiri
Hilir, karena alam di sekitar
ini hampir serupa dengan
Kalsel yaitu berawa-rawa
Pasang surut. Bagi etnis lain
sulit menggarap lahan
semacam ini, kecuali
terampil digarap suku
Banjar asal Kalsel maupun
suku Bugis asal Sulsel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KATEGORI