Cari Artikel

Kamis, 15 September 2011

Sejarah Jengkol

Hem....
kalau ngomongin jengkol pasti yang teringat sedap.....
Tapi, tahukah anda dari mana jengkol ?

Jengkol atau Jering atau Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara, termasuk yang digemari di Malaysia, Thailand dan Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat yang seharinya dikonsumsi 100 ton. Ah, masih sedikit! Jengkol termasuk tanaman polong-polongan. Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit, berwarna lembayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan warna coklat mengilap. Jengkol akan membuat kehebohan saat memasaknya dan setelah diproses oleh pencernaan, yaitu menimbulkan bau yang katanya tak sedap.

Bau yang berlebihan tersebut dibuang saat direndam dan direbus, selain supaya biji jengkol tersebut menjadi lunak. Paling sering dihidangkan dengan cara disemur setelah dibelah menjadi dua bagian dan ditumbuk-tumbuk hingga lebih gepeng. Setelah disemur dan kemudian disantap; bau jengkol tersebut nyaris tidak tercium lagi, rasanya enak. Sering pula diplesetkan semur jengkol disebut sebagai ati maung. Bau jengkol akan muncul lagi saat membuang air seni.

Saat dicerna jengkol akan menyisakan zat yang disebut asam jengkolat (jencolid acid) yang dibuang ke ginjal. Di sinilah efek yang sering ditakuti oleh orang-orang, yaitu jengkoleun atau jengkolan. Jengkolan terjadi saat asam jengkolat yang memang sulit larut dalam air akhirnya mengendap dalam ginjal, membentuk kristal padat hingga bisa berakibat sulit membuang air seni. Jika pH darah kita netral, asam jengkolat aman-aman saja, tapi jika cenderung asam (pH kurang dari 7) asam jengkolat membentuk kristal tak larut.

Apakah karena porsi yang berlebihan yang bisa membuat orang jengkolan? Mungkin. Namun, meskipun jengkolan dikenal dan ditakuti banyak orang tapi saya sendiri belum pernah menemui kasus jengkolan pada diri saya atau keluarga dan teman yang juga pemakan jengkol.

Nah apakah anda penggemar jengkol ?
Hahaha.... :D

KATEGORI